Aku selalu ingin berdekatan denganmu, pagi sekali kita duduk menghadap pohon-pohon jati. Berbincang tentang burung kecil yang bersandar di pucuk teratas sebuah ranting. Juga perdebatan tentang suara hewan kecil yang berdengung kencang; entah apa namanya.
Kebahagiaan bagiku selalu murah, semudah secangkir kopi sedikit gula. Kentut di hadapanmu tanpa malu-malu. Juga mie instant pedas yang kau tawarkan di pagiku yang gerimis.
Aku tidak pernah bermimpi akan menjadi seorang putri, walaupun memang begitu nama tengahku. Namun bersamamu, jadi ratupun aku menyanggupinya. Begitu kurang bahagia apa perempuan ini? kau muliakan hampir setara ibumu sendiri.
Belakangan ini wajahmu muncul lebih sering dari buku puisi bertumpuk yang selalu ingin kupegang juga kubaca berulang-ulang. juga muncul lebih sering daripada hobiku berdiam diri mendengarkan lagu ballad hingga tak ingin melakukan apapun selama berjam-jam. Barangkali memang cinta lagi yang datang kepadaku. Aku harap Tuhan terus bermurah hati hingga tak ingin mengambilmu seperti ia mengambil manusia sebelumnya dari hidupku.
Aku berdoa dengan banyak semoga, karena aku terlalu tidak berdaya untuk punya cita-cita selain hidup nyaman dan berbahagia bersama manusia disekelilingku.
Surabaya, 31 januari 2021.