Rindu yang kau tawarkan seperti riakan minuman keras yang tidak boleh kusentuh lagi setelah aku kenyang menenggak susu murni. Bahkan kau harus tau bila tertenggakpun akan kumuntahkan sekali lagi.
Aku cukup mengenali diriku sebagai air yang tidak bisa kau tampung dalam wadah sebesar apapun. Jadi ada baiknya kau jadi hujan dan menangisiku sepanjang tahun sampai-sampai aku dan kamu beradu sesak dan membuatku menyesal pernah pergi meninggalkan tempat yang kau siapkan untukku.
Berserakan sudah gelasnya disana retak dalam dingin, tidak ada lagi air tertampung. Bukan aku; bukan kamu. Dan aku cukup memandanginya tanpa ingin berbuat sesuatu; sudahi sekarang atau tidak sama sekali.
Tirtasya
Surabaya, 10 juni 2019
Like this:
Like Loading...
Related
Published by Tiara Putri Ayu Permata Kumala
Manusia yang berusaha menjadi romantis hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, menyukai alunan musik folk dan lirik-lirik menyejukkan jiwa. Manusia melankoli yang tak pernah lepas dari pikiran dan konsekwensi dibalik tindakan-tindakan yang dilakoninya. Menginginkan hidup bebas, mencintai memorinya lebih dari dia mencintai dirinya sendiri. Manusia yang mencari ketenangan. Bercerita adalah salah satu bakatnya, mendengarkan orang lain bercerita adalah salah satu sumber bahagianya. Menulis adalah salah satu terapi menenangkan jiwa secara gratis, sebab itu dia suka menulis. Manusia pembenci plagiatisme, setidaknya masing-masing kepala di beri otak untuk sekedar berkreasi, mengakui karya orang lain adalah dosa dan penghinaan terhadap Tuhan yang telah memberikan otak pada masing-masing individu.
View all posts by Tiara Putri Ayu Permata Kumala